Oleh : JENI RAMA HARNENDA (E1I017068)
Dosen Pengampu : Yar Johan, Dr., S.Pi., M.Si
ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
OSEANOGRAFI FISIKA
1.1 Pengertian Oseanografi
Oseanografi adalah ilmu yang mempelajari fenomena fisis dan dinamis air laut yang dapat diaplikasikan ke bidang-bidang lainnya seperti rekayasa, lingkungan, perikanan, bencana laut dan mitigasi (pengelolaan dan pencegahan). Seperti telah kita ketahui bersama, lebih dari 62% kepulauan Indonesia terdiri dari lautan, dan hampir 70% bagian dari dunia juga adalah lautan (Sahala,1984).
1.2 Pengertian Oseanografi fisika
Ilmu ini mempelajari hubungan antara sifat-sifat fisika yang terjadi dalam lautan sendiri dan yang terjadi antara lautan dengan atmosfer dan daratan. Hal ini termasuk kejadian-kejadian pokok seperti terjadinya tenaga pembangkit pasang dan gelombang, iklim dan sistem arus-arus yang terdapat ilautan dunia.
Oseanografi Fisika adalah cabang ilmu oseanografi yang mempelajari segala sesuatu tentang fenomena dan proses-proses fisika di laut. Hal-hal yang menjadi objek studinya antara lain ; Arus-arus laut, Gelombang dan Pasang, Penyebaran dan perambatan cahaya dan bunyi di dalam laut, serta sifat-sifat fisika air laut seperti Suhu, Kejernihan, titik beku, daya hantar listrik, dan sifat-sifat fisika lainnya.
Oseanografi fisika adalah Kajian tentang aspek fisika di laut yang meliputi sifat-sifat fisis dan dinamika laut,sedangkan dinamika itu sendiri merupakan gerak air laut yang meliputi arus laut, gelombang laut dan pasang surut laut.
1.3 Manfaat Mempelajari Oseanografi Fisika
1. Mitigasi bencana alam dari laut, seperti erosi pantai oleh gelombang laut, banjir dan bencana karena gelombang tsunami. Bencana alam dari laut berkaitan erat dengan prosesproses yang terjadi di laut. Dengan demikian, untuk dapat menghindari atau mengurangi kerugian karena bencana tersebut, kita perlu memahami karakter proses-proses tersebut dan hasil-hasilnya.
2. Memanfaatkan sumberdaya non-hayati laut: seperti mengambil bahan tambang (bahan galian dan mineral), minyak dan gas bumi, energi panas, arus laut, gelombang dan pasang surut. Berkaitan dengan tujuan ini, studi oseanografi dilakukan untuk mengetahui kehadiran, potensi, dan karakter sumberdaya.
3. untuk mengetahui keadaan sifat fisik laut yang hari makin hari dipengaruhi oleh globalisasi, dan untuk menentukan pergerakan arus dan gelombang yang terus menerus di sepanjang pantai yang harus dperhitungkan pada saat akan mengadakan pembangunan di wilayah pinggir pantai maupun untuk pembangunan infrastruktur pinggir pantai.
4. untuk mengamati Fenomena dinamika laut seperti pasang surut, arus, transport massa air, dan sebagainya, termasuk fenomena-fenomena yang belum terungkap secara lugas, contohnya fenomena el nino dan la nina, dibutuhkan informasinya oleh banyak negara. Semua fakta di atas mengukuhkan pentingnya samudera bagi kehidupan nasional, regional, dan internasional. Dan ini juga mengukuhkan pentingnya disiplin ilmu oseanografi untuk lebih dilirik, dipahami, bahkan didalami oleh para intelektual yang meminatinya (Suwarni,2011).
PASANG SURUT (PASUT)
1.1 Pengertian Pasang surut (Pasut)
Pasang surut laut merupakan fenomena alam yang terjadi akibat gaya tarik bumi terhadap benda angkasa terutama Bulan dan Matahari. Air laut di permukaan bergerak sangat dinamis sehingga di setiap daerah akan memiliki karakteristik pasang surut laut yang berbeda. Penentuan karakteristik pasang surut laut di Indonesia menggunakan formula Formzahl yang didapat dari beberapa nilai konstanta harmonik hasil dari pengolahan data pasang surut(Widyantoro,2014).
1.2 Bulan Purnama dan Bulan Perdani
1.2.1 Bulan Purnama
Bulan purnama dalah salah satu fase bulan di mana bulan terletak di belakang bumi ditinjau dari matahari. Pasang surut air laut dapat dipengaruhi oleh gravitasi bulan atau gravitasi matahari. Akan tetapi gravitasi bulan memiliki pengaruh yang lebih besar daripada gravitasi matahari karena jarak bulan lebih dekat ke bumi. Kondisi air laut pasang terjadi dua kali yaitu saat bulan purnama dan bulan baru. Pada belahan bumi yang mengalami bulan purnama, jarak air laut dengan pusat bulan lebih dekat daripada jarak pusat bumi dengan pusat bulan. Hal yang sama terjadi pada belahan bumi yang mengalami bulan baru, jarak air laut dengan pusat bulan lebih jauh daripada jarak pusat bumi dengan pusat bulan. Ini mengakibatkan gaya gravitasi bulan lebih kuat daripada bumi untuk menarik air laut. Air laut menjadi sedikit lebih tinggi terhadap permukaan bumi, inilah yang disebut air laut pasang (spring tide).
Kondisi ini terjadi pada belahan bumi yang tidak mengalami bulan purnama maupun bulan baru atau disebut pasang perbani. Peningkatan ketinggian air laut di bagian yang mengalami bulan purnama maupun bulan baru tentunya mengambil jatah air dari belahan bumi lainnya. Hal ini menyebabkan belahan bumi lainnya mengalami permukaan laut yang surut. Pada saat bulan separuh, air laut surut lebih banyak terjadi karena bagian bumi tersebut berada tepat ditengah diantara bagian yang mengalami bulan purnama dan bulan baru. Maka disebut juga dengan air laut surut (Neap tide).
Daftar Pustaka
Suwarni.2011.Pengantar Oseanografi.Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumbaerdaya Non Hayati:Jakarta
Sahala, Hutabarat dan Stewart M. Evans. 1984. Pengantar Oseanografi.Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Widyantoro.2014.KARAKTERISTIK PASANG SURUT LAUT DI INDONESIA.Vol 20, No 1:JAKARTA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar